Minggu, 12 Juli 2009

Memory in the Sendang Biru

Perjalanan wisata kali ini dan mengawali liburan semester genap kami tertuju pada sebuah tempat yang tak asing lagi bagi masyarakat kota malang selatan yakni pantai Sendang Biru. Disamping relaksasi dan mendinginkan otak serta silaturrahim bagiku sudah cukup untuk mengisi liburan yang indah ini. Tepatnya pada tanggal 29 juni 2009 kemaren, perjalanan dimulai pukul 08.00 pagi waktu indonesia bagian barat. Karena musim liburan perjalanan tak semulus dugaan, karena ada perbaikan jalan sehingga mengalami kemacetan lumayan panjang.

Alhamdulillah, sampai pada tujuan sekitar kurang lebih pukul 11.30. rombongan kamipun istirahat sambil menyantap ayam panggang dan pecel yang rasanya maknyussss. Setelah, sholat dzuhur berjamaah, kami meluncur bersama perahu untuk menikmati panorama keindahan Sendang. Subhanallah perairan yang membentang membuatku takjub, dengan hutan mangrove yang masih tumbuh dengan subur disekitar pulau-pulau kecil sendang. Tampak penduduk mengayun sampan tuk mencari ikan, dan sesekali pemandangan bocah-bocah kegirangan terjun dan berenang serta wisatawan domestik yang yang tak ketinggalan duduk-duduk dibibir pantai yang sejuk. Kamipun tak melewatkan pengalaman seru yang menurutku masih sangat kurang lama untuk menikmati keelokan sendang, laksana orang pegunungan yang turun lautan girangnya bukan main, terlebih lagi saya (hehehehe.... ). Setelah mengarungi pantai yang Cuma sebentar, kami menuju ke pasar ikan (waaah....ini yang jadi niatan utama ibu-ibu ^-^). Setelah tawar menawar usai, perjalanan pulang tak diurungkan lagi.

Salam perpisahan buat Sendang Biru, lewat kaca mobil pandanganku padamu. Keinginanku tak kutemukan satupun IKAN HIU. O, Sendang Biru, saksi bisu kegembiraanku, melepas penat di ubun-ubunku. Semoga esok ku dapat pijakkan kaki lebih lama menikmati laut birumu.

Senja, 08-07-2009

Enter your email address:

Sandaran Hati

Ya Allah, yang menguasai segala nafsu
Diri yang hina ini munajah pada-Mu
Mata, tangan, kaki, dan tubuh ini milik-Mu
Di ujung malam, berharap belas kasih-Mu

Ya Allah, saat rembulan pantulkan sinarnya
Diatas danau, wajahnya menjadi dua
Bisikan malaikat, menyingkap selimut tidurku
Tapi badan ini berontak, kembali menutup mataku

Beberapa kali, seperti itu terulang lagi
Diri yang malas ini, masih tak mau mengerti
Bukannya pergi bercinta, menangis dengan-Mu
Malah, tersungkur bersama mimpi syetan yang beku

Ya Allah, yang tak lelah mengingatkanku
Bahkan masih mau menambah nikmat-Mu
Dimanakah akalku, yang hadirnya masih berfungsi
Namun nafsu membelenggu tak peduli

Ya Allah, bila ku masih diberi waktu
Iahirkan jiwaku yang penuh tawadhu’
Penuh khusyu’ dan khudu’ menghadap-Mu
Dengan linangan cinta seindah Mahligai cinta-Mu

Ya Rahman ...Ya Rahim
Pemilik Asma’ul Husna yang abadi
Pada-Mu hamba mengabdi dan berserah diri
Dan Hanya pada-Mu ku kembali

In The Night, 20-06-2009

Enter your email address: