Rabu, 06 Januari 2010

Bening di Kala Senja

kala kutatap langit biru berubah menjadi kelabu, ‎
pesona mataharipun enggan berseri. ‎
Tak lama hujanpun mengganti ‎
kekosongan langit yang tak bertepi. ‎
Dibawah payung jingga ‎
kulangkahkan kaki menuju pada surau amanah, ‎
meski tubuh serasa payah. ‎
Disana, ada yang telah menungguku ‎
dengan senyum, kerinduan, harapan ‎
dan karena itulah yang membuatku bersemangat ‎
serta bertahan tuk hidup. ‎
Tak ada keindahan atau kesenangan ‎
yang membuat hati ini terketuk selain menatap mereka, ‎
melihat senyum tanpa beban diwajah ‎
atau ulah usilnya yang membuatku kangen ‎
dan ingin selalu disamping mereka. ‎
Aku teringat ketika masih dalam buaian bunda, ‎
yang mengajarkan banyak hal ‎
tentang kehidupan yang dunia. ‎
Masa kecil adalah masa yang indah, ‎
meski bunda sibuk bekerja ‎
tapi kasih sayang, cintanya, perhatiannya, ‎
doa-doa dari bibirnya sangat kurasa ‎
dan terbawa saat diri mulai beranjak dewasa. ‎
Tak terlewatkan pula sosok ayah ‎
yang kukenang di lubuk hati terdalam, ‎
beliau selalu ajarkan akhlak, kedisiplinan, ketekunan, ‎
sehingga diri ini tumbuh sebagai pribadi yang punya tanggung jawab, ‎
darinya kubelajar banyak tentang ketegaran dalam menapaki kehidupan. ‎
Saat langkah kaki berayun tuk kembali pulang, ‎
tampak jalan setapak bagai sungai baru ‎
menutup daratan desaku, ‎
tak mungkin pula aku harus berhenti, ‎
bukankah air mengalir atas ijin-Nya? ‎
Oh, hujan yang indah.‎

Enter your email address:

Catatan Kelabu : Aa'

Berapa banyak hari-hari yang kulalui
Setiap kali, tatkala aku menatapnya
Seolah-olah tak pernah singgah
Kegelisahan dan kegundahan atasku

Namun, waktu kembali menyiksaku ‎
dengan keterbatasan
pandangan itu takkan pernah lekang di mata
waktu pulalah yang memaksaku untuk pulang
dan berhenti memandangnya

sehingga, kegundahan dan kegelisahan itu
seolah-olah menjadi bagian hidupku

Enter your email address: