kala kutatap langit biru berubah menjadi kelabu,
pesona mataharipun enggan berseri.
Tak lama hujanpun mengganti
kekosongan langit yang tak bertepi.
Dibawah payung jingga
kulangkahkan kaki menuju pada surau amanah,
meski tubuh serasa payah.
Disana, ada yang telah menungguku
dengan senyum, kerinduan, harapan
dan karena itulah yang membuatku bersemangat
serta bertahan tuk hidup.
Tak ada keindahan atau kesenangan
yang membuat hati ini terketuk selain menatap mereka,
melihat senyum tanpa beban diwajah
atau ulah usilnya yang membuatku kangen
dan ingin selalu disamping mereka.
Aku teringat ketika masih dalam buaian bunda,
yang mengajarkan banyak hal
tentang kehidupan yang dunia.
Masa kecil adalah masa yang indah,
meski bunda sibuk bekerja
tapi kasih sayang, cintanya, perhatiannya,
doa-doa dari bibirnya sangat kurasa
dan terbawa saat diri mulai beranjak dewasa.
Tak terlewatkan pula sosok ayah
yang kukenang di lubuk hati terdalam,
beliau selalu ajarkan akhlak, kedisiplinan, ketekunan,
sehingga diri ini tumbuh sebagai pribadi yang punya tanggung jawab,
darinya kubelajar banyak tentang ketegaran dalam menapaki kehidupan.
Saat langkah kaki berayun tuk kembali pulang,
tampak jalan setapak bagai sungai baru
menutup daratan desaku,
tak mungkin pula aku harus berhenti,
bukankah air mengalir atas ijin-Nya?
Oh, hujan yang indah.
Rabu, 06 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
hujan itu tentara air
menghujam sakit yang melawannya
menetesi lembut yang menyapanya
hujan itu utusanNYA
menyegarkan orang slalu bersyukur
membanjiri orang yang tak peduli sekitarnya
tapi jangan lupa
sedia payung sebelum hujan hehehe
Posting Komentar