Rabu, 31 Maret 2010

Jangan Tunda Sedekah

Pada suatu hari, ketika berada di dalam kamar mandi, Abul Hasan Al-Busyanji berteriak memanggil muridnya seraya berkata, “Ambilkan bajuku dan segera berikan kepada Fulan.”
“Mengapa Anda tidak memberikan pakaian itu nanti setelah keluar dari kamar mandi?” tanya murid.
“ Saat ini dalam hatiku terbeti keinginan untuk memberikan pakaian itu kepada Fulan. Jika kutunda sampai keluar dari kamar mandi, aku khawatir, niat baikku ini akan berubah,”jawabnya.

Saudaraku, betapa seringnya kita gagal melakukan perbuatan baik hanya karena menundanya. Waktu yang kita miliki hanyalah saat ini, sedangkan nanti, kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Bisa jadi, nanti kita tidak lagi memiliki masa luang, jatuh sakit, menjadi miskin, menjadi tua dan lemah, atau keburu direnggut maut. Rosulullah bersabda : “Manfaatkan lima hal sebelum datang lima yang lain. Manfaatkanlah masa mudamu sebelum tiba masa tuamu, masa sehatmu sebelum tiba masa sakitmu, masa kayamu sebelum tiba masa miskinmu, masa luangmu sebelim tiba masa sibukmu dan masa hidupmu sebelum tiba ajalmu.”
Disamping itu, hayi kita juga mudah berubah-ubah. Anas bin Malik ra menyatakan bahwa Rosulullah saw sering membaca doa berikut: “Ya muqollibal quluub, tsabbit qalbiy ‘ala dinnik.” (Wahai Yang maha Membolak – balikkan hati, teguhkanlah hatiku dalam agama-Mu).
Demi menyelamatkan niat baiknya, Abul Hasan Al-Busyanji tidak mau menunggu hingga keluar dari kamar mandi.

Saudaraku, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada diri kita dalam detik berikutnya. Oleh karena itu jangan tunda amal saleh. Dari sekian amal saleh, ada beberapa amal saleh yang tidak boleh kita tunda-tunda pelaksanaannya, Rosulullah saw bersabda:
Wahai Ali, ada tiga hal yang jangan kau tunda pelaksanaanya, yaitu shalat jika telah tiba waktunya, (pengebumian) jenazah jika telah siap dan (segera nikahkan) gadis jika engkau dapatkan orang yang sepadan (kufu’) untuknya.”

Hatim Al-Asham ra berkata, “Tergesa-gesa itu merupakan ajakan setan, kecuali dalam lima hal: memberi makan tamu, menyelenggarakan jenazah, menikahkan anak perempuan, melunasi hutang dan bertobat dari dosa.”
(dkutip dari “Kisah-kisah dalam Ihya’ Ulumiddin”,Al Imam Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali Ath-Thusi)

Enter your email address:

Merindui Purnama


Kawan,
Coba kau lihat langit malam ini
Wajah purnama sedang sendiri
Seperti diriku berteman sepi

Kawan,
Lama kau tak bersua
Bercengkrama dengan cerita kita
Dan bersenandung di bawah sinar purnama

Sesekali larut dalam opini kita yang beda
sempat ada pertengkaran kecil sebab ego kita
Hanya sementara
Dan waktulah yang meredamnya

Kawan,
Kau sering bercerita tentang kehidupan
dan sesekali sebuah pengalaman
kadang tanpa sadar kau bumbui dengan suasana hatimu
nasihat bijak pun keluar dari hati kecilmu

Kawan,
Tawa kita yang membahana
Membuat terkejut purnama
Dengan setia, ia menunggui malam kita

Saat kuperhatikan senyummu
Kau lebih indah dari purnama
Sinarmu lebih menyala
Diatas bibir yang merona

Kawan,
Aku kangen purnama-mu
Tidakkah rasa kengen itu
Menyelam pada dirimu?

Ingatlah,
Saat kita suka duduk di bawah purnama
Disini aku tetap menunggu hadirmu
Sambil berteduh, di bawah purnama malamku

Enter your email address:

Catatan Kelabu III

lihat dibalik jendela itu
dara menangis dalam diamnya
coba ketuk hatinya
bagian dalam
ada apa gerangan yang menyusahkan?
sepi…
tak ada kata dari bibirnya
hampa…
binar matanya menggenggam air mata
dinda sayang…
kemana perginya pipi merah
saat kau tersenyum?
kemana larinya ceria itu
yang terpancar indah dimatamu?
dara kecil yang mulai dewasa
beban hati jangan kau dekap sendiri
beban pikir tak selamanya ditahan sendiri
lihat kelangit merah
murai terbang dengan indahnya
tak tertekan,
bebas berlarian diangkasa
lepaskan…
sebebas mereka
jernihkan…
sebening embun ditangkai yang basah
la tahzan..

Enter your email address:

Minggu, 28 Maret 2010

Mengenang-mu Kawan

Diatas langit yang mendung
Berguguran daun jati kering
Kau beranjak pergi, dan berpaling
Tinggalkanku pada sebuah bangku

Satu keputusan yang harus dijalani
Meninggalkan semua yang hampa
Hilang cita-cita yang di ukir bersama
Tinggal kenangan mengikuti kita

Kau ingat…saat kita pertama kali bertemu?
Kau tampak angkuh dan dingin
Kucoba tuk dekati, tuk mencari teman bicara
Sebab sikapku, kau membuka tanganmu

Sejak itu, kita menjadi teman akrab
Dimana ada kau selalu ada aku
Orang bilang, kita dua dara yang tak terpisahkan
Mungkin karena persamaan tujuan

Kau ingat, kau pernah ajak aku ke hutan cinta
Disana kita melepas lelah,
Dengan semangkuk rumput laut merah
Pelepas dahaga

Masih terngiang dibenakku
Saat kita melarikan diri menembus angin
Dan dikantong Cuma sisakan uang seribu,
Bersamamu duniaku menjadi seru
“aku akan selalu merindukan-mu, kawan..”

Enter your email address:

Senin, 01 Maret 2010

Mengais Senja

Aku mengungguli daratan
Yang luasnya kuukur sendiri
Seperti angin yang tak peduli
Membawa debu berlari-lari

Aku lebih tinggi dari ilalang
Yang hijaunnya mulai termakan api
Seperti welerang yang tak peduli
Memuaskan perutnya sendiri

Aku mulai terkapar
Hingga darah sanggup kutelan
Dan tulangku berserakan
Bersama peluh menjadi tawar

Kini..
Aku lebih rendah dari terumbu
Curamnya menggigil pilu
Meski mencoba mengais senjaku
Yang kudapatkan hanya penyesalan lalu
28-2-2010

Enter your email address:

Cinta

Syeikh ‘Abdul Qadir al-Jailani pernah berkata, “Barang siapa mencintaiku, walau sepeninggalku, maka ia termasuk muridku.”
Namun, cinta itu memiliki tanda-tanda. Dan tanda-tanda cinta adalah shidq (kesungguhan) dalam meneladani orang yang dicintai, baik dalam perbuatan, niat, keyakinan maupun ucapan.
Habib ‘Umar bin Seqqaf berkata, “Janganlah mengaku-aku, karena shidq mempunyai tanda-tanda.”
Diriwayatkan bahwa beberapa orang berkunjung ke rumah Syibli. Mereka mengetuk pintu, memanggil namanya.
“siapa?” Tanya Syibli.
“ Kami, sahabat-sahabatmu,” jawab mereka.
Syibli membukakan pintu kemudian melempari mereka dengan batu. Mereka lari berpencaran. Syibli lalu memanggil mereka, “Wahai para pendusta, kalian mengatakan bahwa kalian adalah sahabatku. Namun, kalian lari ketika kulempari. Kalian tidak shidq (sungguh-sungguh) dalam mencintaiku. Kalian hanya ingin memalingkan aku dari ibadah.”
Hal yang hampir sama juga dilakukan oleh Syeikh Sya’rani. Beliau hendak menguji kesungguhan cinta para sahabatnya. Beliau menulis permintaan bantuan keuangan di atas lembaran-lembaran kertas. Kertas itu nanti akan ia bagikan kepada sahabat-sahabatnya sesuai dengan kemampuan keuangan mereka. Ada yang medapat permintaan bantuan sebesar 50 dirham, 100 dirham, dan ada pula yang 200 dirham.
Setelah sahabat-sahabat beliau dating, kertas itu beliau bagikan. Mereka membaca angka yang tertulis dikertas itu lalu saling pandang.
“Syeikh meminta berapa dirham darimu?” mereka saling bertanya setelah keluar dari rumahnya.
“Ia meminta 50 dirham,” jawab salah seorang.
“Ia meminta 100 dirham, “ jawab yang lain.
“Mengapa ia meminta kepadaku 200 dirham?” Tanya yang lain. Mereka heran dengan perbuatan sang Syeikh.
“Mari kita pulang saja, syeikh kita ini ternyata cinta dunia.”
Mereka akhirnya memutuskan persahabatannya dengan Syeikh Sya’rani.
Melihat rencananya berhasil, Syeikh Sya’rani merasa lega, “Sekarang jernihlah pikiranku dan tenanglah ibadahku.”
Habib Hasan bin ‘Abdullah al-Haddad juga melakukan hal yang hamper sama. Jika seseorang dari kaum pencinta dunia dating berkunjung, beliau berkata, “Lihatlah! Apakah dia membawa sesuatu?” Jika dijawab:ya, beliau berkata, “Bukakan pintu untuknya.”
Tetapi, jika mereka mengatakan tidak, beliau berkata, “Jangan ada seorang pun yang membukakan pintu untuknya, waktu kita sangat berharga. Barang siapa memberikan miliknya yang berharga bagi kita, kita pun akan memberikan milik k ita yang berharga kepadanya. Dan bagi penghuni zaman ini, milik mereka yang berharga adalah harta.”
Sesungguhnya tujuan Habib Hasan hanyalah untuk membuat mereka jera. Karena kaum arifin tidak mau menyia-nyiakan waktu mereka. Bagi mereka waktu sangatlah berharga.
(dikutip dari “Tuhfah al-Asyraf” kalam Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan bin Abdurrahman as-Seqqaf)

Enter your email address: