Senin, 01 Maret 2010

Cinta

Syeikh ‘Abdul Qadir al-Jailani pernah berkata, “Barang siapa mencintaiku, walau sepeninggalku, maka ia termasuk muridku.”
Namun, cinta itu memiliki tanda-tanda. Dan tanda-tanda cinta adalah shidq (kesungguhan) dalam meneladani orang yang dicintai, baik dalam perbuatan, niat, keyakinan maupun ucapan.
Habib ‘Umar bin Seqqaf berkata, “Janganlah mengaku-aku, karena shidq mempunyai tanda-tanda.”
Diriwayatkan bahwa beberapa orang berkunjung ke rumah Syibli. Mereka mengetuk pintu, memanggil namanya.
“siapa?” Tanya Syibli.
“ Kami, sahabat-sahabatmu,” jawab mereka.
Syibli membukakan pintu kemudian melempari mereka dengan batu. Mereka lari berpencaran. Syibli lalu memanggil mereka, “Wahai para pendusta, kalian mengatakan bahwa kalian adalah sahabatku. Namun, kalian lari ketika kulempari. Kalian tidak shidq (sungguh-sungguh) dalam mencintaiku. Kalian hanya ingin memalingkan aku dari ibadah.”
Hal yang hampir sama juga dilakukan oleh Syeikh Sya’rani. Beliau hendak menguji kesungguhan cinta para sahabatnya. Beliau menulis permintaan bantuan keuangan di atas lembaran-lembaran kertas. Kertas itu nanti akan ia bagikan kepada sahabat-sahabatnya sesuai dengan kemampuan keuangan mereka. Ada yang medapat permintaan bantuan sebesar 50 dirham, 100 dirham, dan ada pula yang 200 dirham.
Setelah sahabat-sahabat beliau dating, kertas itu beliau bagikan. Mereka membaca angka yang tertulis dikertas itu lalu saling pandang.
“Syeikh meminta berapa dirham darimu?” mereka saling bertanya setelah keluar dari rumahnya.
“Ia meminta 50 dirham,” jawab salah seorang.
“Ia meminta 100 dirham, “ jawab yang lain.
“Mengapa ia meminta kepadaku 200 dirham?” Tanya yang lain. Mereka heran dengan perbuatan sang Syeikh.
“Mari kita pulang saja, syeikh kita ini ternyata cinta dunia.”
Mereka akhirnya memutuskan persahabatannya dengan Syeikh Sya’rani.
Melihat rencananya berhasil, Syeikh Sya’rani merasa lega, “Sekarang jernihlah pikiranku dan tenanglah ibadahku.”
Habib Hasan bin ‘Abdullah al-Haddad juga melakukan hal yang hamper sama. Jika seseorang dari kaum pencinta dunia dating berkunjung, beliau berkata, “Lihatlah! Apakah dia membawa sesuatu?” Jika dijawab:ya, beliau berkata, “Bukakan pintu untuknya.”
Tetapi, jika mereka mengatakan tidak, beliau berkata, “Jangan ada seorang pun yang membukakan pintu untuknya, waktu kita sangat berharga. Barang siapa memberikan miliknya yang berharga bagi kita, kita pun akan memberikan milik k ita yang berharga kepadanya. Dan bagi penghuni zaman ini, milik mereka yang berharga adalah harta.”
Sesungguhnya tujuan Habib Hasan hanyalah untuk membuat mereka jera. Karena kaum arifin tidak mau menyia-nyiakan waktu mereka. Bagi mereka waktu sangatlah berharga.
(dikutip dari “Tuhfah al-Asyraf” kalam Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan bin Abdurrahman as-Seqqaf)

Enter your email address:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar