Rabu, 10 Juni 2009

........KAMAL-LIA

%masih ingat dengan goresan pena cerpen tentang "Kamal-Lia"?
nah, inilah lanjutan dari kisahnya
selamat Menikmati...


***

Tak lama kemudian sampailah mereka disebuah gedung yang menjulang tinggi berwarna putih bernamakan Rumah Sakit Milik Negara. Setelah melewati lorong-lorong yang penuh kamar, dalam benak Kamal risau. Siapakah gerangan yang dirawat disini? Lia ataukan Ibunya?
Setelah sampai dikamar no 251, suster mempersilahkan kami untuk memakai jas rumah sakit lengkap dengan penutup kepala dan hidung agar steril. Tampak terbaring lemah dalam keadaan koma disana dengan infus yang lengkap sosok yang kukenal dan parasnya yang tetap ayu. “Lia”, gumamku.
Tampak sang ibu yang setia menemani anak gadisnya itu dengan tabah. Kakaknya menceritakan bahwa ia tiga minggu yang lalu mengalami kecelakaan, dan ada benjolan darah yang membeku di tempurung kepalanya, setelah di operasi sampai saat ini ia belum sadar juga. Kata dokter, kemungkinan Lia hilang ingatan atau jika tak bisa sadar juga akibatnya akan vatal alias kematian.
Sungguh menyedihkan keadaannya. Komunikasi dengannya harus tetap jalan, sebab pasien masih bisa mendengar orang yang ada disekelilingnya dan mau membantu memberi semangat hidup agar lebih cepat proses penyembuhannya. Kakak Lia mengahampiriku yang duduk lemas tak kuat melihat takdir yang menimpa Lia.
“Sebelum kecelakaan, malamnya sempat ia bercerita tentang kamu,Mal.” Dengan nafas panjang dia melanjutkan.
“Biasanya ia tak mau mengungkapkan rahasia pribadinya. Entahlah, mungkin ini adalah sebuah firasat. Dia cerita banyak tentangmu, sampai dia pernah cerita kalau kau pernah menyuratinya ketika SMA dulu.” Kamal menyimak cerita yang mengalir dari wanita yang dipanggil suaminya itu Zahra.
“Dia tertabrak mobil ketika hendak menolong Hasan anak saya. Dia bisa menolong orang lain tapi tidak bisa menolong dirinya sendiri. Ketika saya membuka tas miliknya, dan melihat-lihat ada yang terselip dibuku catatan hariannya. Sebuah surat yang masih terbungkus rapi untuk sebuah nama, dan itu namamu, Mal.”
Kamal pun teringat amplop yang diletakkan di saku bajunya itu.
“Saya, masuk dulu mbak.” Kamal menarik kursi dan mendekat di dipan Lia. Diluar sana Idris menghubungi orang rumah dan menceritakan apa yang terjadi, dan akan pulang terlambat nantinya.
Dengan pelan Kamal membuka amplop Jingga itu.
Lembar pertama....
Tampak tertulis dipojok kanan atas “Kota Dingin, 11 Maret 2006.” Dia menulisnya dua tahun yang lalu.

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
“SELAMAT ULANG TAHUN”
Akhy Kamal.
“SEMOGA APA YANG KAU CITA-CITAKAN DAPAT TERLAKSANA”
AMIN

Syukurku tak henti-hentinya memuji Allah SWT, yang telah mengaruniakan nikmat yang banyak bagi hambanya yang beriman. Tak lupa setiap doaku, selalu kusebut namamu agar kau disana tetap dalam lindungan Allah SWT, Amin.
Akhy... maaf jika selama ini jarang sekali kubalas suratmu, kini kuberanikan diri untuk membalas surat yang terakhir kau kirim padaku. Tapi, apakah mungkin surat ini akan sampai ketanganmu? Ada sebuah puisi untukmu, dan ini akan mewakili semua surat-surat yang masih tersimpan rapi di almari belajarku.

Kanda,
Ada berlembar layang-layang
Diterbangkan oleh angin malam
setelah terbaca sandimu
terbuka mataku kala petang

masih ingat dengan puisi yang kau selipkan di salah satu suratmu!


Ingin kuceritakan sebuah kisah
Maukah kau dengar sebelum kau terlelap
Banyak kata yang ingin ku ungkap
Sungguh dari lubuk hatiku terdalam

“Lia, aku mencintaimu”

Meski kau berusaha tutup telingamu
Dan mulai tutup turai matamu
Aku berharap suatu saat kau mengerti
Sungguh dari lubuk hatiku terdalam

“Lia, aku mencintaimu”


Senja tenggelam di pucuk cemara
membawa malam yang paling sunyi
kurebahkan jiwaku pada bintang-bintang
diiringi nyanyian kelelawar menggema

Saat sunyi ada doa di balik jendela
Jika Tuhan ijinkan satu bintangnya jatuh
Tercipta untuk siapakah rusukku ini
''Ya Allah perkenankanlah munajah hamba”

Rembulan memelukku hangat
Tarian kunang-kunang hiburan semalam
Mimpi dihati mulai terbukti
Seorang perempuan telah jatuh hati

O, bintang-bintang malam
Hadirkan kepastian akan kesetiaan
Bilakah dedaunan hentikan tangisnya
Menjadi embun, harapanku semalam

” aku menantimu dengan sengaja”


Lembar kedua.......

Aku telah tuntaskan Al-Qur’an karim dua putaran. Dan telah kupersiapkan hadiah, jikalau kau tak sanggup menyelesaikan. Tapi jangan khawatir, yang kuberikan tak akan memberatkan.
Saat kaki ini terhenti, ada benda mungil yang menarik perhatianku. Jika masih aku diberi waktu. Akan ku hibbahkan langsung kepadamu.

Enaugh, jika selama ini saya punya salah, mohon dimaafkan. Semoga Allah SWT mempertemukan kita dalan rinai bahagia.Amin
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Salam rindu dari jauh

Rosalia salsabila


Kutatap wajah Lia yang teduh, butiran lembut ini tak mampu kucegah mengalir dipipi. “O, Lia sadarlah, aku disini. Aku tak akan pergi lagi.” Bisikku didekat telinganya. “Ya Allah bila boleh kuhentikan waktu, kuingin mengulang dan memperbaiki salahku. Agar tak tumbuh akar penyesalan yang terus merambat dikalbu. Aku tak ingin berpisah dengannya, jika Engkau ijinkan biarkan sakitnya kupikul dipundakku ini. Izinkanlah ya Allah ia menjadi tulang rusukku.”

Ditangan, kugenggam sepasang gantungan magnet berbentuk telapak tangan yang tengah menengadah. Jika direkatkan akan membentuk tulisan ukiran arab KAMALLIA dengan jelas. Sejak itu, tak henti-hentinya bermunajah pada-Nya, memohon, merintih, tak malu kumenangis untuk kesembuhan seseorang yang sangat kusayangi.

Tangis itu memecahkan keheningan sang surya. Ada penyesalan dan kerinduan yang mendalam dalam senyum terindahnya. Doa yang dipanjatkan tak henti hentinya mengalir. Lembayung sore mengabarkan duka. Diatas gundukan tanah yang masih basah, ada nisan bertuliskan ROSALIA SALSABILA BINTI AMIN lahir 01-01 1986, wafat 01-01-2008. Kucium dan kudekap tak mau jauh lagi. Biarlah aku mati diatas pusaramu. Rasanya sudah cukup kesedihanku. Rasanya dunia tak berpihak padaku, dan menghimpitku dengan cakarnya yang tajam, sakit.

Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)



“Mas Kamal.....! ayo cepat bangun, tahajud dulu. Nanti keburu fajar lho...!” suara lembut itu membangunkan mimpi indahku. Dia seorang bidadari yang dikirim untukku sejak ku di rahim ibu. Wanita sholihah yang amanah. Kunikahi dua hari yang lalu. Di usiaku yang ke tiga puluh tujuh.
“Iya, Dinda-ku sayang....”.

Kota dingin, April 2009

Enter your email address:

Satu Raga Dua Wajah

Dialog I
Wajah 1 : hendak kemana kau?
Tidakkah cukup kau mengusik
Lihat matanya mulai memerah
Wajah 2 : bukan urusanmu?
Tak ada hak kau mengadiliku
Ini duniaku, istanaku
Wajah 1 : kau mulai bermain api?
Langkahmu terlalu jauh
Dia tak akan melepasmu
Wajah 2 : bukankah kau juga pernah?
Menyulut peperangan menyayat jiwa
Banyak tubuh yang terkapar
Dialog II
Wajah 1 : baru kali ini kau menangis?
Berapa luka yang digores pedangnya
Tinggalkan dia, enyahlah
Wajah 2 : kau terlalu banyak mencaci
Coba kau rasakan sendiri
Ketakutanmu itu membelenggu
Wajah 1 : aku tak ingin mencari masalah
Aku lebih tenang dengan kesunyian
Tak akan ada luka dari tanganku
Wajah 2 : sensasi hidupmu fana
Tidakkah kau lelah sayang
Kau-aku akan mati

07 Juni 2009

Enter your email address:

BUKAN UNTUKKU

Kutersadar langit mulai senja
Dipenghujung mega tubuh kusandarkan
Dengan lumatan kata-kata
Yang enggan tuk dimuntahkan

Warna cintaku yang pudar
Semakin kuteguk, semakin asam
Tak berasa, sisakan anyir ditubuh
Kuman pun tak mau berteduh

Lelah kini tuk lukis wajahmu
Yang pernah mampir di ubunku
Pemuas angan-angan palsu
Kini melebur jadi abu

Lembaranmu kututup dalam peti
Kukunci, agar tak mencuat lagi
Kubakar dalam api kerelaan
Biarkan debumu menari bersama asap

Disana tawamu membahana
Dibawah langit merah
Kabarkan kau telah bahagia
Yakinkanku, kau ”bukan untukku”
15 Mei 2009

Enter your email address:

Misteri Illahi

Bulan Mei yang kelabu... Namun, penuh nikmat bagi siapa saja yang bersyukur. Pada minggu ketiga dibulan Mei, pagi yang cerah dan awan mendung tak menampakkan dirinya. Pukul delapan pagi, langkah kaki yang berat kupaksakan untuk berangkat dengan niat menuntut ilmu. Dengan diantar oleh kakak tercinta kunaiki sepeda peninggalan ayah yang masih setia pada empunya. Tak ada firasat yang aneh, tapi hatiku tak menginginkan cepat-cepat sampai, sebab ada keresahan yang tak dimengerti di jiwa ini. Setelah sampai, ternyata kami hanya mengambil jadwal saja, meski sedikit kecewa tak apalah. Karena hari masih terlalu pagi kira-kira pukul 9 pagi. Saya mengajak salah satu teman untuk jalan kaki saja, kemudian dua orang lagi mengikuti kami, kalau jalan rame-rame nanti capeknya tak akan terasa apa lagi hari masih pagi dan bagus untuk tubuh (biar sehat!!!!). Setelah berpamitan pada teman-teman yang lain, kaki kami melangkah lewat jalur kanan jalan raya. Karena merasa langkah kami tak semestinya, kamipun menyeberang jalan dan mengambil jalur yang benar disebelah kiri. Aku dan salah satu temanku (Dewi) mengambil langkah didepan teman yang lain sambil bercerita dan jalan santai. Beberapa menit kemudian tampak dari jauh mobil PickUp ditabrak oleh sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Kemudian sepeda itu mental ke arah kami (aku dan Dewi). Setelah itu....... aku tak sadar diri. Beberapa menit kemudian dengan remang-remang seperti mimpi kubuka mataku perlahan. Dan badanku di dekap oleh Bu Nanik (yang berjalan di belakangku) sambil menyebut Allah....Allah..., tampak orang-orang mengerumuni tubuhku yang lemas.
Dalam kaedaan setengah sadar dengan kepala yang sakit, kugerakkan tubuh tuk mencari sosok dewi, kulihat dahinya berlumuran darah segar, setelah itu ku tak sadarkan diri. Rasanya ada yang mengangkatku dan kudengar teriakan seorang wanita yang mengerang kesakitan. “Ya Allah, kuserahkan hidup matiku pada-Mu” batinku dan menyebut Asma-Nya tanpa henti. Setelah kami dipindahkan ke ruang UGD di RS Paru-Paru kulihat badanku penuh debu dan tangan lecet, yang penyebabnya kutak tahu. Tak lama kemudian ada pria yang tak kukenal menanyakan siapa aku, alamatku umurku, dengan menahan sakit kujawab dengan terbata-bata. Kucoba mencari ponsel yang kuletakkan disaku, dan mencoba menghubungi keluarga dirumah. Tampak bu Nanik gelisah karena keadaan kami. Tak lama kemudian keluargaku datang, rasanya lega bukan main. Salah seorang dokter memeriksaku dan memasukkan infus di tanganku, mulanya aku menolak untuk di infus sebab phobia dengan jarum suntik. Demi sehat, kurelakan tangan kiriku di masuki jarum infus. Ibu yang melihat anaknya tak berdaya tampak menahan air matanya, dan kedua tetanggaku yang menemani ibu tak tega melihatku. Tak lama kemudian mual di perut ku tumpahkan semua. Karena takut terjadi sesuatu dan dokternya tak bisa menangani, kami korban sepeda motor dilarikan ke RSSA Malang. Sesampainya disana, kami di Rontgen, Dewi dijahit dahinya dan aku di vonis gegar otak ringan. Beberapa jam kami tidur diatas dipan rumah sakit. Karena dilihat tak ada keluhan, keluarga boleh membawa pulang. Rasanya tubuh ini tak kuat untuk berjalan, dengan sekuat tenaga dan tekad ingin segera pulang, kami pun meninggalkan RSSA itu.
Hari minggu yang kelabu, cerahnya langit pun tak tampak ketika hari mulai senja. Alhamdulillah akhirnya pulang kerumah, dan badan lemah ini merasakan dipan empuk yang setiap hari menemani tidur lelapku. Karena kelelahan, jiwa raga meminta untuk istirahat. Rasanya banyak sekali orang-orang disekelilingku. Menurut cerita orang rumah, setibanya dari RSSA banyak sekali orang-orang yang terkejut dengan musibah yang menimpaku dan berbondong-bondong melihat keadaanku, waktu itu aku tak sadarkan diri sebab pengaruh obat yang merasuk di tubuh. Ibu tercinta tanpa lelah menjagaku, memperhatikan tidurku, dan rasanya aku banyak menyusahkan keluargaku terutama kakakku, sesekali mual di perut yang tak bisa ditahan mengotori tempat tidurku. Tapi mereka dengan ikhlas merawat tubuh yang tak berdaya ini dan hanya bisa berbaring diatas tempat tidur. Berganti-ganti orang-orang menjengukku dan tak ketinggalan anak didikku secara bergantian tiap kelas yang kehadirannya memenuhi ruang rumahku. Rasanya hatiku menangis, sudah berapa hari kutinggalkan kewajibanku untuk mereka. Dan kehadiran mereka, membawa kebahagiaan tersendiri dan memotivasi diri untuk lekas sembuh agar dapat berbaur lagi bersama mereka. Doa-doa mengalir dan tak henti-hentinya dari setiap penduduk bumi yang di munajahkan untuk kesembuhanku. Semoga Allah SWT menggantinya dengan kebaikan yang sama, sebab diri ini tak luas untuk mengetahui siapa saja yang memohonkan hidup untukku, baik secara langsung atau sirri.
Dengan perlahan-lahan kondisi tubuh ini membaik, kaena kengen pada rutinitas yang ku tinggalkan terlalu lama, setelah 16 hari dengan sedikit memaksa dan tekad yang bulat kulangkahkan kaki menyapa dunia. Mereka menyambutku dengan senyum bahagia, rasanya seperti mimpi saja. Namun, kaena masih dalam proses penyembuhan yang belum total, dengan pelan kutulis sejarah pada lembar hidup agar diri ini bermanfaat bagi orang lain. Banyak orang yang mengalami hal yang sama sepertiku, dan proses penyembuhannya ber bulan-bulan dan membutuhkan waktu lama. Subhanallah, kuharap cukup sekali dan tak banyak waktu yang kutinggalkan, aku dapat kembali bersama orang-orang yang sangat menyayangiku. Semua itu tak lepas dari doa-doa tulus yang di haturkan kepadaku.
Keesokan harinya, Instansi Departemen Agama meminta kedatanganku kesana. Dan, Subhanallah.... baarokallah, saya dimintai surat keterangan masih aktif kuliah untuk mengurus pengajuan Beasiswa akademik yang diminta oleh Depag Pusat. Mungkin inilah hikmah di balik musibah yang kuterima. Puji syukurku tak henti-hentinya pada Allah Azza wa Jalla, yang tak terfikirkan olehku akan mendapatkan karunia terbesar. Meski yang di dapat tak saya ketahui nominalnya, dengan itu dapat meringankan beban biaya akademik yang harus ku tanggung sendiri. Sebuah alur yang indah dirangkai dengan reality menakjubkan dalam hidup dan akan menghiasi rangkaian sejarah yang tak terlupakan. Allah tidak akan mencoba seorang hambanya yang tak sanggup untuk menanggungnya, sebab setiap musibah selalu membawa hikmah dibaliknya, Dia telah menggariskan hidupku seperti ini dan telah memberi aku kesempatan untuk hidup lagi dan memperbaiki diri serta dipersilahkan menikmati banyak teka-teki yang belum ku lewati dan terjawab, itulah yang menjadi sebuah Misteri Illahi. Dengan keikhlasan di hati serta rasa syukur yang tak henti Allah SWT akan menambah nikmat-Nya yang tak disadari. Laa haulaa wala quwwata illa billahil ‘aliyyil adhim….
Allohumma yaa kaafielbalaa qobla nuzuulihi minassamaai ya Allah...ya Allah....ya Allah. Amiiin ...

Matsari, 7 Juni 2009

Enter your email address:

Syair Syeikh Abu Bakar bin Salim

Rahasiakanlah cinta kita,
Jika kau inginkan ridho kami.
Awas! Jangan singkapkan kepada yang lain rahasia kita ini.
Rendahkan dirimu jika ingin berhubungan dengan kami
Tinggalkanlah keinginanmu, bila menginginkan keinginan kami
Gunakan sisa waktumu, tuk berdiri di depan pintu kami
Mungkin kau ’kan mendapati dan melihat kami
Tak tahukah kau bahwa kami
Adalah orang yang pandai membalas budi?
Para pecinta kami selalu berada dibawah bendera kami
Wahai orang yang suka mengaku-aku
jika kau mengaku telah memenuhi hak-hak kami
Dijagad raya secara nyata
Kami adalah orang yang mulia,
Siapa yang mengunjungi kami dengan satu maksud,
akan meraih kebahagiaan saat berjumpa
bangkitlah dengan tekad bulat, dan jangan lalai
perhatikanlah! Kau ’kan saksikan para pecinta
disekeliling tenda kami bergembira
memperoleh segala cita-cita
mereka bahagia sejak menyaksikan keindahan
mereka dalam luapan cinta
mabuk saat tersingkap hijab
yang menutupi kediaman kami
merekalah yang diinginkan
dan tiada yang diinginkan kecuali mereka
hati sibuk dan terpikat oleh mereka
ulangi dan ulangilah sebutan dan ucapan mereka
beramal salehlah bersama kami
dengan kehidupan mereka
Wahai Tuhan Ka’bah dan Shafa,
Dengan berkat Muhammad,
Ampunilah kami, wahai yang maha mendengar doa
Kemudian limpahkanlah sholawat
Kepada nabi dan keluarganya
Selama angin masih berhembus
Meniup dahan-dahan pohon

Enter your email address:

Renungan

Wajib bagi kita, para wanita kita, istri, anak dan saudari-saudari kita yang kecil maupun yang besar untuk tidak mengikuti ajaran kaum kafir. Janganlah mengikuti mereka dalam segala sesuatu. Baik cara berpakaian, adat perkawinan, di dalam rumah serta cara keluar rumah. Siapakah yang kalian ikuti? Wahai putri-putri dan wanita mukminah, siapakah yang kalian ikuti dan kalian jadikan contoh? Apakah kalian mengikuti orang kafir, yahudi, nasrani, para wanita yang jauh dari jalan Allah?
Janganlah kalian sampai terjerumus, wahai mukminah! Wahai mukminah, siapakah yang telah kalian contoh dan jalan siapa yang kalian ikuti? Dengan siapa kalian berteladan? Janganlah kalian menukar para teladan kalian! Apakah kalian akan menukar sayyidah ahlil jannah dengan kaum kafir! Apakah kalian akan menukar Sayyidah Kodijah yang memperoleh salam dari Allah, dengan kaum yang dilaknat Allah.
Apakah yang telah menimpa kalian wahai saudariku? Berpikirlah secara benar dan serius. Perkara ini bukanlah sebuah lelucon, mainan, ataupun gurauan. Ini perkara agama yang berkaitan dengan akhirat kita! Ini berkaitan dengan keadaan menjelang maut, di dalam kubur, di barzakh dan hari kebangkitan kelak.
Perkara agama ini tergantung pada amal perbuatan kalian, adat, perkataan, dan sikap kalian dalam kehidupan. Siapa suri tauladan kita? Kita telah menukar dan meninggalkan suri tauladan Al-Batul, salah satu bagian dari Rosulullah yaitu Sayyidah Nisa’ Ahlil Jannah dalam adat dan kehidupan kita. Dengan siapa wahai mukminah...! apakah yang ada dibenak kita?
Sesungguhnya hal yang memalukan dan ’aib bagi muslimah dan mukminah adalah tidak memperdulikan sirah (sejarah) Sayyidah Fatimah Az-Zahra. Tidak meniru akhlak dan kebiasaan beliau! Malah kita mencontoh lainnya! Terutama untuk para dzurriyat Rosulullah SAW. Mereka sudah melupakan sirah, akhlak, tata cara mu’amalah dan amal perbuatan beliau lalu mengikuti kaum kafir!
Ya mukminah, bagaimanakah kehidupan kita? Tahun demi tahun berlalu, sampai kapan kita akan berada dalam kelalaian ini? Kita telah menukar ulama dan pembesar kita dengan kaum kafir dan orang yang jauh dari Allah. Saat ini pesta-pesta perkawinan dilaksanakan dengan adat kaum kafir. Mereka saling membanggakan dengan mengadakan pesta perkawinan yang bermegah-megahan, yang bercampur aduk antara laki-laki dan perempuan. Perkawinan semacam itu adalah sesuatu yang buruk, menyimpang dari syari’at Allah dan RosulNya, menimbulkan kemurkaan Allah dan tidak ada berkahnya bagi kedua mempelai dan keluarga mereka. Jauhilah penyelenggaraan pesta perkawinan yang bermegah-megahan dan menyimpang dari syari’at! Apakah kalian tidak tahu bagaimana pesta perkawinan Sayyidah Fatiamh Az-Zahra? Pesta perkawinan putri Rosulullah? Jikam mereka tetap menyelenggarakan perkawinan yang mewah untuk saling berbangga diri yang di dalamnya terdapat hal-hal yang dimurkai Allah, maka mereka akan mendapatkan kesusahan di dunia dan akhirat. Katakan kepada mereka, setelah penjelasan ini tidak adalagi udzur untuk tetap menjalaninya.
Indonesia dahulu terang bercahaya dengan adanya auliya’, kaum shalihin dan orang-orang yang bertakwa. Mereka datang dari tempat yang baik. Tanpa adanya mereka, kondisi indonesia tak sebaik sekarang dan kita tak akan dapat berjalan-jalan seaman sekarang.
Anugerah ini di dapatkan bukanlah dengan mengikuti adat yahudi, nasrani dan dari golongan yang melalaikan Agama Allah atau kelompok yang memberati diri untuk mencari sesuatu yang fana. Namun karena berkah para shalihin dan usaha orang-orang yang shiddiq. Keadaan Indonesia yang baik ini adalah anugerah yang besar dari Allah karena berkat mereka. Ini adalah sesuatu yang membanggakan. Marilah kita kembali kejalan mereka, mengikuti ajaran serta akhlak mereka dan meninggalkan susupan setan dan bala tentaranya.
Wahai wanita, janganlah kalian berpakaian dengan pakaian yang ketat dan menampakkan bentuk tubuh, janggan bangga dengan semua itu! Karena itu penyebab kemurkaan Allah! Ini buktinya Sirah Sayyidah Fatimah Zahra telah terhapus dari benak kalian. Apakah kalian melihat diri kalian lebih agung dari beliau? Dengan car begitu, apakah turun derajat Sayyidah Fatiamah az-Zahra? Diakhirat nanti seluruh manusia, sejak awal penciptaan hingga akhir, akan menundukkan kepalanya saat beliau melewati Shirath. Beliau kan berjalan bak cahaya yang bersinar terang. Ketika di padang mahsyar, akan terdengar suara dari Arasy Allah, ” Wahai manusia, tundukkan kepala kalian dan pejamkan mata kalian karena Fatimah binti Muhammad akan melewati Shirath”.
Apakah kalian tidak ingin berada dibelakang beliau, lewat di shirath bersama beliau dan mengikuti beliau? Kalian telah menukar beliau dengan lainnya. Ketika Rosulullah bertanya kepada putri tercintannya Sayyidah Fatimah az-Zahra, ” Wahai putriku Fatiamah apa yang terbaik bagi wanita?” Sayyidah Fatimah menjawab, ”Yang paling baik bagi wanita adalah tidak melihat dan dilihat oleh laki-laki”. Kemudian Rosulullah mencium kening Sayyidah Fatimah dan berdo’a, ”Ya Allah berkahilah puteriku Fatimah dan para keturunannya”.
Wahai mukminah ingatlah, karena peringatan itu sangatlah bermanfaat. Jauhilah adat-adat yang fana dann dimurkai Allah tersebut. Jauhilah sifat pamer. Sebagaimana dalam hadis, Rosulullah bersabda, ”Barang siapa yang memakai pakaian untuk dipamerkan maka di akhirat nanti akan di hinakan oleh Allah.”

Janganlah berbangga dengan pakaian sutra dan emas. Sesungguhnya orang-orang kafir diberi Allah kenikmatan dunia, namun semua itu adalah kenikmatan yang fana. Mengikuti Fatimah az-Zahra adalah yang lebih mulia.
Ya Allah tanamkanlah dihati kami rasa cinta kepadaMu dan kepada RosulMu Muhammad. Berilah hidayah agar kami dapat mengikuti jalan Rosulullah, jalan Sayyidah Fatimah Az-Zahrah, jalan Ummahatul mukminin dan jalan orang-orang yang engkau ridhai. Dan akhirilah usia kami dengan khusnul Khatimah. Amin.
(disarikan dari ceramah Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz)

Enter your email address: